Inovasi
baru batere unggulan masa depan
Salah
satu temuan dalam bidang ilmu bahan yang menarik banyak perhatian pada kongres
AAAS American Association for the Advancement of Science di Seattle, AS 15
February adalah temuan sejenis plastik polymer sebagai bahan untuk elemen batere
masa depan. Serabut plastik berukuran mikroskopik plastik polymer berhasil
difungsikan sebagai elemen kutub pada batere Lithium ion. Temuan ini dikemukakan
oleh ahli Ilmu Bahan Marc Madou dan Chimlei Wang peneliti dari University of
California at Irvine seperti yang telah dimuat sebelumnya dalam Journal
Electrochemical Society, AS.
Jika sukses dalam penerapan
plastik polymer dengan inovasi baru sebagai elemen batere masa depan, maka orang
akan mendapatkan batere Lithium-ion yang berukuran kecil namun memuat energi
yang berlipat ganda jika dibandingkan dengan batere Li-on yang sekarang ada.
Saat ini beragam perangkat teknologi digital-mobil seperti telepon seluler,
handycam, PDA/ komputer saku, maupun laptop PC kebanyakan menggunakan batere
Lithium-ion sebagai sumber dayanya.
Prinsip cara bekerjanya batere Li-on adalah
dengan membangkitkan arus listrik ketika ion-ion Lithium dialirkan diantara 2
kutub terminal batere. Inovasi pada temuan baru adalah dengan mengaplikasikan
serabut carbon -dengan jumlah yang banyak namun berukuran mikroskopik- sebagai
kutub-kutub terminal arus listrik, sehingga dapat mengalirkan arus ion berjumlah
besar secara serempak diantara kutub-kutub listrik. Hasilnya adalah energi
listrik yang muatannya berlipatganda. Sejauh ini sebelum batere serupa diatas
diproduksi para peneliti masih perlu menemukan bahan pengikat kumpulan serabut
carbon polymer plastik dengan harga yang lebih ekonomis. Berhubung jika bahannya
menggunakan silicon seperti yang lazim dipakai pada batere sekarang, maka batere
masih berharga mahal dan tidak akan cukup kompetitif.
Batere masa depan mempersyaratkan inovasi yang
memungkinkan teknologi power-saving dalam menghasilkan daya yang maksimal dari
bahan yang seminimal mungkin. Alternatif jenis lain yang menjanjikan adalah
batere berbahan energi cair (fuel cells) yang mengkonversikan reaksi kimia guna
menghasilkan listrik. Riset di AS menjadi salah satu yang terdepan dalam
penelitian fuel cells dari reaksi hidrogen dan oksigen guna menghasilkan listrik.
Sementara produsen perangkat komputer terkemuka Toshiba Jepang tengah
mengujicoba fuel cells dari bahan methanol untuk batere laptop. Batere DMFC
Direct Methanol Fuel Cells berupa batere terpisah yang mempunyai komponen
cartridge bermuatan methanol yang dapat diganti baru ("disposeable").
Prinsip kerja dibuat layaknya serupa dengan disposable cartridge tinta printer.
Dalam hal menemukan inovasi bahan baru untuk batere
masa depan yang lebih efisien serta bermuatan energi yang lebih tinggi, prestasi
hasil karya penelitian Indonesia oleh peneliti BATAN Dr.Rer. Nat Evvy Kartini -
yang memenangkan penghargaan Riset Unggulan Terpadu 2003 KMNRT dan 2004 ITSF
Award - dengan topik penelitian "The Research and Development of the
Superionic Glasses Conductors by the Neutron Dispersion" sungguh-sungguh
merupakan salah satu temuan penting.
Kajian penelitian awal yang
telah dimuat dalam Journal ilmiah Phisica B (1997) intinya berupa temuan yang
memungkinkan pendayagunaan material kaca/gelas dengan sebagai super-konduktor
bermuatan ion arus listrik.
Material gelas bermuatan
listrik hasil proses dengan metode teknik hamburan netron memungkinkan
didapatkannya hantaran arus listrik yang berlipat ganda puluhan ribu kali
dibanding dengan kebanyakan material elektrolit yang terdapat pada batere isi
ulang yang kini ada.
Namun seperti halnya juga temuan peneliti AS di
atas, maka penelitian pakar Ilmu fisika material dari Indonesia guna mendapatkan
batere unggulan masa depan masih akan diperlukan serangkaian riset lanjutan.
Dan sesungguhnya prestasi penelitian yang ditunjukkan peneliti Evvy Kartini menjadi lebih berarti ditengah-tengah langkanya fasilitas penelitian dan minimnya perhatian Pemerintah di Indonesia guna memajukan dunia Iptek hingga bertaraf sepadan dengan karya penelitian di negara industri maju.